Connect with us

Infrastruktur

Perusahaan Aguan Terungkap Memiliki Sertifikat HGB untuk Pagar Laut Tangerang

Laporan terbaru mengungkapkan Aguan Company memiliki sertifikat HGB untuk Tangerang Sea Fence, namun apa dampaknya bagi masyarakat lokal? Temukan jawabannya di sini.

aguan s hgb certificate revealed

Kami telah menemukan bahwa Perusahaan Aguan, melalui PT Cahaya Inti Sentosa, memegang sertifikat HGB untuk area pesisir kunci, termasuk Pagar Laut Tangerang yang kontroversial. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai dampaknya terhadap komunitas lokal dan akses mereka terhadap sumber daya pesisir. Dengan pengaruh perusahaan yang signifikan, termasuk dukungan dari PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk, kekhawatiran atas legalitas sertifikat ini muncul di tengah penyelidikan yang sedang berlangsung. Situasi ini memperumit hak-hak komunitas dan keberlanjutan, menjadikan penting bagi kita untuk terus memantau bagaimana perkembangan ini terungkap. Ikuti kami untuk mengungkap lapisan kerumitan seputar masalah ini dan potensi konsekuensinya.

Kepemilikan Sertifikat HGB

Kepemilikan sertifikat HGB di wilayah pesisir Tangerang mengajukan pertanyaan menarik tentang kontrol korporasi dan legalitas.

PT Cahaya Inti Sentosa (CISN), yang dimiliki oleh Sugianto Kusuma (Aguan), memiliki sertifikat HGB untuk 20 bidang tanah dalam wilayah pesisir yang bersertifikat ini. Sementara itu, PT Intan Agung Makmur, sebuah afiliasi dari Agung Sedayu Group, mendominasi pemandangan dengan 234 dari 263 bidang HGB yang bersertifikat di Banten.

Distribusi kepemilikan yang signifikan ini mendorong kita untuk mempertimbangkan implikasi terhadap hak pesisir dan dampaknya terhadap komunitas lokal.

Sebagaimana dikonfirmasi oleh Menteri ATR/BPN, Nusron Wahid, tentang sertifikasi area perairan ini, kita tidak bisa tidak bertanya-tanya tentang penyelidikan yang sedang berlangsung mengenai legalitas klaim kepemilikan HGB ini.

Kepentingan korporat yang kolektif, terutama dengan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) yang memiliki 99,33% PT CISN, menunjukkan jaringan yang erat yang mungkin menantang hak individu untuk akses dan pengembangan pesisir.

Kompleksitas seputar kepemilikan HGB ini mengajak kita untuk menggali lebih dalam, mempertanyakan siapa sebenarnya yang mendapatkan manfaat dari sumber daya pesisir dan bagaimana kita dapat mendukung hak yang adil dan setara di area kritis ini.

Struktur Korporasi dan Afiliasi

Menggali struktur korporat dan afiliasi di balik PT Cahaya Inti Sentosa (CISN) mengungkapkan jaringan kepemilikan yang kompleks yang sangat mempengaruhi lanskap pesisir di Tangerang.

Di puncak hierarki korporat ini berada PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PIK 2), yang memiliki 99,33% saham CISN, dengan investasi finansial sebesar Rp4,159 miliar. Posisi dominan ini memungkinkan PIK 2, yang dimiliki oleh Sugianto Kusuma, atau Aguan, untuk mengarahkan jalannya CISN dan, secara tidak langsung, pengembangan pesisir di area tersebut.

Lebih dalam lagi, kita menemukan PT Intan Agung Makmur, afiliasi lain dalam Grup Agung Sedayu. Perusahaan ini mengendalikan mayoritas sertifikat HGB di Banten, dengan kepemilikan 234 dari 263 plot yang bersertifikat.

Struktur korporat dari Intan Agung Makmur menampilkan dua pemegang saham utama, Kusuma Anugrah Abadi dan Inti Indah Raya, masing-masing dengan nilai saham sebesar Rp2,5 miliar. Penting untuk dicatat, kepemimpinan termasuk Belly Djaliel sebagai direktur dan Freddy Numberi, mantan Menteri Kelautan, sebagai komisaris, menampilkan perpaduan keahlian bisnis dan pengaruh politik dalam membentuk masa depan pesisir Tangerang.

Aspek Hukum dan Kontroversial

Di tengah meningkatnya kekhawatiran, pertanyaan tentang legalitas sertifikat HGB di area pesisir, terutama yang dimiliki oleh perusahaan Aguan, telah muncul. Menteri Kelautan telah mengangkat isu penting mengenai kepatuhan terhadap regulasi maritim, mengindikasikan bahwa sertifikat-sertifikat ini mungkin ilegal.

Kontroversi ini semakin memanas seiring dengan sengketa hukum mengenai kepemilikan pagar pantai yang membentang sepanjang 30 kilometer di Tangerang yang sedang diteliti.

Seiring kita menggali lebih dalam, berikut adalah beberapa poin kritis yang perlu dipertimbangkan:

  • Tuduhan klaim tidak tepat terhadap kepemilikan area laut beredar mengenai perusahaan-perusahaan Aguan.
  • Sekretaris perusahaan PT Pantai Indah Kapuk Dua tetap diam terhadap pertanyaan tentang klaim tanah mereka, memicu skepticisme publik.
  • Diskusi legislatif mungkin memanggil Menteri Kelautan untuk menjelaskan legalitas dari sertifikat HGB ini.
  • Investigasi yang sedang berlangsung menekankan potensi implikasi hukum bagi yang terlibat dalam sertifikat-sertifikat ini.

Situasi ini tidak hanya mengancam integritas kepemilikan pesisir tetapi juga memunculkan pertanyaan lebih luas tentang kepatuhan terhadap regulasi maritim.

Kita harus tetap waspada dan terinformasi, karena hasil dari penyelidikan ini bisa berdampak signifikan terhadap hak dan kebebasan pesisir di wilayah kita.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Infrastruktur

Analisis Situasi: Tantangan dalam Pengelolaan Banjir di Bekasi

Berhadapan dengan banjir parah dan tantangan urbanisasi, Bekasi menghadapi kebutuhan kritis akan solusi inovatif untuk melindungi komunitasnya dari bencana di masa depan.

flood management challenges bekasi

Seiring dengan tantangan pengelolaan banjir di Bekasi, jelas bahwa banjir parah terakhir yang dimulai pada tanggal 3 Maret 2025 telah berdampak besar terhadap sekitar 22.856 keluarga di delapan kecamatan. Kejadian ini menonjol sebagai peristiwa banjir terburuk dalam beberapa tahun terakhir, melampaui krisis yang dialami pada tahun 2016 dan 2020.

Analisis kami menunjukkan bahwa pembangunan urban yang cepat di cekungan sungai Kali Bekasi telah memainkan peran penting dalam memperburuk kondisi banjir ini. Penggunaan lahan residensial melonjak dari 5,1% pada tahun 1990 menjadi 42% yang mengejutkan pada tahun 2022, yang telah drastis mengurangi kapasitas alami lahan untuk menyerap air.

Kita harus mengakui betapa pentingnya perencanaan urban dan pengelolaan air dalam meredakan risiko banjir. Pengelolaan cekungan sungai yang buruk, ditambah dengan curah hujan tinggi dan perencanaan ruang yang kacau, telah menciptakan kondisi sempurna untuk banjir. Strategi yang ada yang dijalankan oleh Bendungan Bekasi tidak memadai, menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengevaluasi ulang dan menyesuaikan praktik pengelolaan air kita.

Sangat vital bahwa kita memahami keterkaitan antara pengembangan urban dan aliran air; ketika lahan dibeton untuk perumahan, kita kehilangan drainase alami, dan risiko banjir meningkat secara signifikan.

Untuk mengatasi masalah mendesak ini, kita harus mempertimbangkan pendekatan multifaset. Salah satu solusi yang diusulkan melibatkan pengembangan kolam retensi yang dapat menangkap air hujan berlebih dan mengurangi tekanan langsung pada sistem drainase kita. Ini bisa berfungsi sebagai buffer sementara selama peristiwa hujan lebat, pada akhirnya melindungi penduduk dan rumah mereka.

Selain itu, penilaian kembali yang komprehensif terhadap izin bangunan di daerah rawan banjir sangat penting. Kita tidak bisa mengabaikan pelajaran yang dipetik dari insiden banjir di masa lalu; kita harus mengutamakan perencanaan urban berkelanjutan yang menghormati lingkungan kita dan aliran air alami.

Continue Reading

Infrastruktur

Dampak Banjir: Infrastruktur Jalan Berisiko dan Memerlukan Perbaikan Segera

Bagaimana banjir mengganggu infrastruktur jalan menunjukkan kebutuhan perbaikan yang mendesak, meninggalkan komunitas rentan dan mempertanyakan keberlanjutan sistem transportasi masa depan.

flood damage to roads

Banjir menimbulkan ancaman signifikan terhadap infrastruktur jalan, mengganggu konektivitas penting bagi masyarakat. Di daerah seperti Kabupaten Tanah Bumbu, kami telah menyaksikan dampak mendalam yang dapat ditimbulkan banjir terhadap sistem jalan kami. Peristiwa terkini di Kusan Hulu, di mana lima titik drainase telah runtuh, menggambarkan kebutuhan mendesak akan pemeliharaan infrastruktur. Tanpa perbaikan segera, fungsionalitas jalan-jalan ini sangat terganggu, mempengaruhi tidak hanya perjalanan sehari-hari tetapi juga logistik yang mendukung ekonomi lokal kami.

Saat kita mengevaluasi situasi, kita tidak bisa mengabaikan langkah-langkah sementara yang diimplementasikan oleh otoritas lokal, seperti penggunaan karung pasir untuk mengelola akses jalan. Meskipun tindakan ini memberikan bantuan jangka pendek, mereka bukan solusi berkelanjutan. Sekretaris Daerah telah dengan benar menunjukkan kebutuhan akan upaya pemulihan cepat untuk memulihkan kondisi jalan. Kita semua memahami bahwa kondisi ini sangat penting untuk memfasilitasi aktivitas komunitas dan memastikan layanan esensial dapat menjangkau mereka yang membutuhkannya.

Realitasnya adalah peristiwa banjir menjadi semakin sering, dan infrastruktur kita saat ini tidak dilengkapi untuk menghadapi tantangan seperti ini. Diskusi mengenai strategi jangka panjang untuk meningkatkan ketahanan banjir lebih penting dari sebelumnya. Kita harus memprioritaskan area perbaikan kritis yang diidentifikasi selama penilaian kerusakan, memastikan bahwa infrastruktur kita dapat bertahan terhadap peristiwa banjir di masa depan. Ini bukan hanya tentang memperbaiki apa yang rusak; ini tentang membangun sistem yang dapat bertahan terhadap ketidakpastian alam.

Selain itu, meningkatkan ketahanan banjir melibatkan pendekatan komprehensif yang mencakup sistem drainase yang lebih baik, desain jalan yang lebih tinggi, dan jadwal pemeliharaan rutin. Kita perlu melihat lebih dari sekedar perbaikan segera dan berinvestasi dalam tindakan proaktif yang mengurangi risiko yang terkait dengan banjir. Ini berarti berkolaborasi dengan insinyur, ilmuwan lingkungan, dan pemimpin komunitas untuk mengembangkan rencana terpadu yang menangani kekurangan saat ini dan kerentanan di masa depan.

Continue Reading

Infrastruktur

Banjir di Grand Galaxy City, Penyebab Gangguan Mobilitas Warga

Tepat ketika penduduk berpikir kota mereka yang ramai tak terkalahkan, banjir Grand Galaxy City mengganggu mobilitas dan mengungkap tantangan infrastruktur yang mendesak. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

flood disrupts community mobility

Pada tanggal 4 Maret 2025, Grand Galaxy City menghadapi banjir besar yang menyebabkan ketinggian air naik hingga 120 cm (1,2 meter), terutama disebabkan oleh hujan yang tak kunjung berhenti dan meluapnya sungai. Setelah kejadian, kami menyaksikan dampak banjir terhadap komunitas kami. Jalan-jalan berubah menjadi sungai, dan mobilitas lokal menjadi mimpi buruk yang kacau. Kendaraan tenggelam, terutama di area dekat dengan tempat usaha.

Sangat menyedihkan melihat kota yang biasanya ramai ini menjadi lengang, karena banyak dari kami kesulitan untuk bergerak di jalan-jalan yang banjir. Banjir juga menyebabkan penutupan jalan, terutama di sekitar Rumah Sakit Anna Pekayon, yang menciptakan efek domino peningkatan kemacetan lalu lintas di area sekitarnya.

Saat kami mencoba untuk bergerak, kami merasakan frustrasi karena terjebak dalam kemacetan, mengetahui bahwa tim respons darurat sedang bekerja tanpa lelah untuk membantu mereka yang membutuhkan. Ini merupakan pengingat keras tentang betapa cepatnya kehidupan sehari-hari kita dapat terganggu oleh bencana alam.

Menanggapi krisis yang terjadi, layanan darurat segera bertindak. Tim SAR dan Satpol PP Bekasi dikerahkan untuk mengelola situasi, menggunakan perahu karet untuk operasi penyelamatan. Dedikasi mereka patut dipuji, tetapi ini juga menyoroti tantangan yang datang dengan peristiwa cuaca ekstrem seperti ini.

Meskipun kami menghargai upaya mereka, kami tidak bisa mengabaikan fakta bahwa sistem drainase lokal kami kewalahan, berjuang untuk mengatasi intensitas curah hujan. Realitas ini menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan infrastruktur dan kebutuhan untuk pembaruan untuk mencegah gangguan di masa depan.

Saat kami mengatasi krisis ini bersama, kami menyadari pentingnya ketahanan komunitas. Banjir tidak hanya mempengaruhi jalan-jalan kami, tetapi juga semangat kami. Kami bersatu, berbagi informasi, sumber daya, dan dukungan.

Pembicaraan tentang bagaimana memperbaiki sistem respons darurat menjadi vital, saat kami mendiskusikan kebutuhan mendesak untuk perencanaan perkotaan yang lebih baik yang dapat bertahan terhadap bencana alam seperti ini.

Pada akhirnya, banjir ini harus menjadi panggilan bangun untuk Grand Galaxy City. Kami harus memprioritaskan infrastruktur dan layanan darurat kami, memastikan mereka dilengkapi untuk menangani tantangan yang dibawa oleh perubahan iklim.

Meskipun banjir membawa gangguan signifikan pada kehidupan sehari-hari kami, ini juga menyoroti kekuatan komunitas kami dan kebutuhan akan tindakan kolektif. Saat kami membangun kembali dan pulih, mari kita berusaha untuk masa depan di mana kota kami dapat berkembang, bahkan menghadapi kemarahan alam.

Continue Reading

Berita Trending

Copyright © 2025 The Speed News Indonesia