Ekonomi
Mewah dan Bangkrut: Kisah Tragis Negara Kaya yang Dilanda Masalah Keuangan
Dalam menjelajahi kejatuhan negara-negara mewah yang pernah ada, temukan faktor-faktor tersembunyi yang menyebabkan kehancuran keuangan mereka dan pelajaran apa yang masih dapat dipetik.

Kita telah melihat bagaimana negara-negara yang dulunya makmur seperti Venezuela dan Argentina berubah dari kaya menjadi miskin karena salah pengelolaan ekonomi dan tekanan eksternal. Nauru, yang dulunya kaya dari penambangan fosfat, kini mengalami kesulitan karena sumber dayanya yang habis. Yunani menghadapi tindakan penghematan yang keras setelah mengumpulkan hutang besar, yang mengakibatkan kerusuhan sosial. Sementara itu, krisis di Sri Lanka muncul dari kombinasi tata kelola yang buruk dan keadaan tak terduga seperti pandemi. Mari kita telusuri cerita-cerita ini lebih lanjut untuk mengungkap pelajaran yang didapat.
Saat kita menelusuri kisah tragis negara-negara kaya yang dilanda masalah keuangan, menjadi jelas bahwa kemakmuran dapat dengan cepat berubah menjadi krisis.
Ambil contoh Nauru. Dulu dianggap sebagai salah satu negara terkaya per kapita, kekayaannya berasal dari penambangan fosfat. Namun, seperti yang kita lihat, penghabisan sumber daya ini bersama dengan korupsi yang merajalela pada tahun 1990-an menyebabkan penurunan ekonomi. Berubah menjadi surga pajak, Nauru kini bergulat dengan prospek yang semakin menipis, menunjukkan bagaimana habisnya sumber daya dapat mengikis ekonomi yang paling makmur sekalipun.
Kemudian, kita tidak bisa mengabaikan Venezuela, sebuah negara yang dianugerahi cadangan minyak yang luas. Meskipun memiliki kelimpahan ini, salah kelola ekonomi dan penurunan harga minyak yang dramatis berpuncak pada kehancuran pada tahun 2017. Dengan utang yang melonjak hingga sekitar US$ 150 miliar dan hiperinflasi yang menghancurkan kehidupan sehari-hari, pengalaman Venezuela dengan tegas menggambarkan konsekuensi buruk dari mengabaikan prinsip-prinsip ekonomi yang sehat. Sumber daya yang seharusnya menopangnya malah menjadi pedang bermata dua, meninggalkan masyarakat berjuang dengan kondisi hidup yang memburuk.
Naratif Argentina juga berfungsi sebagai kisah peringatan. Pada tahun 2001, negara itu menyatakan bangkrut dengan utang yang mencengangkan sebesar US$ 145 miliar. Kurs tukar tetap, yang dimaksudkan untuk menstabilkan ekonomi, malah memicu panik dan mempercepat krisis ekonomi terburuk dalam sejarahnya. Situasi ini menekankan bagaimana salah kelola ekonomi dapat dengan cepat mengubah lingkungan yang tampak stabil menjadi kekacauan, meninggalkan warga harus menanggung akibat dari ketidakbertanggungjawaban fiskal.
Krisis keuangan Yunani mencapai puncaknya pada tahun 2015, saat negara itu menghadapi utang yang totalnya sekitar US$ 360 miliar. Tidak mampu membayar kewajiban ini, Yunani mencari bantuan internasional, yang memberlakukan langkah-langkah penghematan yang ketat. Kerusuhan sosial yang dihasilkan menggambarkan dampak menyakitkan dari kesalahan finansial dan keseimbangan yang rapuh antara kesehatan ekonomi dan stabilitas sosial.
Terakhir, gejolak ekonomi baru-baru ini di Sri Lanka menyoroti dimensi lain dari krisis ini. Pada tahun 2022, negara tersebut gagal membayar sekitar US$ 51 miliar dalam utang luar negeri, sebuah situasi yang diperparah oleh pandemi COVID-19 yang memusnahkan pariwisata dan remitan. Krisis ini mencerminkan bagaimana faktor eksternal, dikombinasikan dengan salah kelola ekonomi internal, dapat mengarah pada konsekuensi yang menghancurkan.
Setiap kasus ini menjelaskan kenyataan pahit bahwa kekayaan tidak menjamin keberlanjutan. Saat kita merenungkan kisah-kisah tragis ini, kita mengakui pentingnya tata kelola yang bertanggung jawab dan pengelolaan sumber daya dalam menjaga kemakmuran untuk semua.
Ekonomi
Prabowo Pernah Mengatakan Bahwa Ia Menerima Ancaman IHSG Akan Anjlok Karena Makanan Bergizi Gratis
Klaim mengkhawatirkan Prabowo tentang ancaman pasar karena inisiatif Makanan Bergizi Gratisnya menimbulkan pertanyaan kritis tentang stabilitas ekonomi dan kesejahteraan publik—apa yang dipertaruhkan?

Saat kita menyelami klaim terbaru yang dibuat oleh Prabowo Subianto mengenai ancaman terhadap IHSG, penting untuk memahami konteks program Makanan Bergizi Gratisnya dan implikasinya terhadap pasar saham. Inisiatif Prabowo bertujuan untuk menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak di Indonesia, mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang kritis. Namun, baru-baru ini ia mengakui telah menerima ancaman yang menunjukkan kemungkinan penurunan IHSG yang terkait dengan program ini. Situasi ini memunculkan pertanyaan tentang psikologi pasar dan tantangan tata kelola yang lebih luas yang muncul.
Selama pidatonya pada tanggal 4 Desember 2024, Prabowo mencatat ejekan yang dia hadapi karena mengusulkan program tersebut. Ejekan ini mungkin berasal dari skeptisisme umum terhadap inisiatif pemerintah, terutama yang dianggap mahal atau tidak efisien. Namun, ini juga mengungkapkan masalah yang lebih dalam: ketakutan akan bagaimana kebijakan publik dapat mempengaruhi kinerja pasar. Dia menyatakan bahwa ancaman yang dia terima bukanlah langsung tetapi lebih merupakan serangan psikologis halus yang dapat mempengaruhi sentimen investor. Ini menyoroti hubungan rumit antara tata kelola dan perilaku pasar, di mana kebijakan yang bermaksud baik pun bisa mendapat reaksi negatif dari mereka yang mengutamakan stabilitas ekonomi daripada kesejahteraan sosial.
Komentar Prabowo menekankan peran psikologi pasar dalam fluktuasi pasar saham. Investor sering bereaksi terhadap rumor dan hoaks, yang dapat menyebabkan pergerakan pasar yang tidak rasional. Seperti yang ditunjukkan Prabowo, ia menyadari bahwa taktik psikologis semacam itu dapat menciptakan efek bergelombang, mempengaruhi arah IHSG. Ketakutan bahwa program yang bertujuan untuk meningkatkan nutrisi dapat merugikan pasar saham menggambarkan paradoks yang mengkhawatirkan: inisiatif kesejahteraan publik dapat dipersepsikan sebagai ancaman terhadap kinerja ekonomi, mengungkapkan tantangan tata kelola yang dihadapi para pemimpin dalam menyeimbangkan kebutuhan masyarakat dengan ekspektasi pasar.
Selanjutnya, pernyataan Prabowo bahwa ia tidak memiliki saham—dan bahwa komunitas pedesaan yang mendapat manfaat dari programnya juga tidak berpartisipasi di pasar saham—menekankan adanya pemisahan antara pembuat kebijakan dan pelaku pasar. Ini menimbulkan pertanyaan penting: bagaimana kita dapat menyelaraskan kebutuhan populasi dengan tuntutan pasar keuangan? Dilema ini berbicara langsung ke inti tata kelola modern.
Saat kita menavigasi dinamika kompleks ini, sangat penting untuk mendorong diskursus yang menghargai kesejahteraan sosial dan kesehatan ekonomi. Pada akhirnya, kita harus bertanya pada diri kita sendiri bagaimana kita dapat mendukung inisiatif seperti program Makanan Bergizi Gratis tanpa mengorbankan stabilitas pasar, memastikan bahwa pencarian kebebasan dan kesejahteraan untuk semua tetap menjadi fokus utama upaya kolektif kita.
Ekonomi
15 Layanan Pembayaran yang Menyediakan Tap QRIS dan Cara Menggunakannya
Temukan 15 layanan pembayaran teratas yang menawarkan QRIS Tap dan pelajari cara mudah meningkatkan transaksi digital Anda dengan fitur unik mereka.

Saat kita menyelami dunia pembayaran digital, QRIS Tap muncul sebagai perubahan besar dalam lanskap transaksi. Solusi pembayaran inovatif ini, didukung oleh 15 Penyedia Layanan Pembayaran (PSP) ternama termasuk bank besar seperti BCA, BRI, BNI, dan Bank Mega, serta dompet digital seperti Gopay, ShopeePay, dan Dana, menawarkan kita cara yang lancar untuk melakukan transaksi.
Kemudahan QRIS Tap bukan hanya tentang kecepatan; ini tentang memperluas pilihan kita dan meningkatkan kekuatan beli kita di berbagai sektor, dari ritel hingga kesehatan.
Untuk menggunakan QRIS Tap, kita memerlukan smartphone Android yang dilengkapi dengan kemampuan NFC, bersama dengan kartu debit atau kredit dari salah satu bank yang berpartisipasi dan aplikasi pembayaran digital yang kompatibel. Persyaratan ini menempatkan QRIS Tap sebagai opsi praktis bagi banyak dari kita yang sudah dilengkapi dengan teknologi yang diperlukan.
Proses transaksi itu sendiri sangat mudah: kita memilih fitur QRIS Tap di aplikasi kita, memilih sumber dana kita, memasukkan PIN transaksi kita, dan kemudian cukup mengetuk smartphone kita dekat terminal tanpa kontak untuk menyelesaikan pembayaran. Ini sangat mudah dan efisien.
QRIS Tap memberi manfaat kepada kita dengan menyederhanakan pengalaman pembayaran kita dan mengurangi waktu transaksi. Dengan 2.353 pedagang yang saat ini mendukung penggunaannya, termasuk pengecer, rumah sakit, UKM, dan layanan transportasi umum, QRIS Tap memungkinkan kita untuk melakukan pembayaran dengan cepat di berbagai pengaturan.
Potensi untuk pengembangan masa depan, yang bertujuan untuk memperluas layanan QRIS Tap ke lebih banyak pedagang dan rute transportasi tambahan, hanya meningkatkan daya tariknya. Bayangkan dapat menggunakan QRIS Tap dengan perangkat iPhone dalam waktu dekat; itu adalah lompatan menuju aksesibilitas yang lebih besar bagi semua orang.
Selain itu, keamanan menjadi perhatian utama dalam transaksi digital, dan QRIS Tap menangani ini secara efektif. Melalui penggunaan teknologi NFC dan memerlukan PIN transaksi, QRIS Tap memastikan bahwa informasi pembayaran kita tetap aman.
Lapisan keamanan tambahan ini memberdayakan kita untuk bertransaksi dengan percaya diri, mengetahui bahwa data keuangan kita dilindungi dengan baik dari akses yang tidak sah.
Ekonomi
Mengungkap Penyebab Utama Penurunan Pendapatan Pajak Nasional
Ketahui faktor-faktor di balik penurunan drastis pendapatan pajak nasional dan temukan apa artinya ini bagi masa depan ekonomi.

Saat kita menelaah penurunan pendapatan pajak nasional baru-baru ini, terlihat jelas bahwa beberapa faktor saling terkait telah berperan penting. Angkanya mencengangkan: pada Februari 2025, pendapatan pajak nasional turun menjadi Rp187,8 triliun, penurunan signifikan sebesar 30,19% dari Rp269,02 triliun pada Februari 2024. Memahami penyebab utama dari penurunan ini sangat penting bagi kita untuk menghadapi tantangan yang ada di depan.
Salah satu faktor ekonomi utama yang berkontribusi pada kemerosotan ini adalah penurunan harga komoditas. Harga batu bara turun sebesar 11,8%, minyak sebesar 5,2%, dan nikel sebesar 5,9%. Komoditas-komoditas ini sangat vital bagi ekonomi kita, dan penurunan harga mereka memiliki dampak langsung pada pendapatan pajak. Ketika harga komoditas turun, pendapatan yang dihasilkan dari sektor-sektor ini berkurang, mengakibatkan pendapatan pajak pemerintah berkurang.
Sebagai warga negara yang menghargai kebebasan ekonomi, kita harus mengakui betapa eratnya sistem keuangan kita terikat dengan pergerakan pasar global.
Namun, penurunan ini tidak bisa sepenuhnya diatributkan pada kondisi ekonomi eksternal. Tantangan administratif juga telah berperan signifikan dalam menghambat efisiensi pengumpulan pajak. Implementasi sistem Coretax baru-baru ini telah memperkenalkan komplikasi dalam pelaporan PPN, menyebabkan keterlambatan dan kebingungan di antara bisnis dan otoritas pajak.
Hambatan administratif seperti ini menciptakan bottleneck dalam proses pengumpulan pajak, yang semakin memperburuk penurunan pendapatan. Sangat penting bagi kita, sebagai warga negara yang terlibat, untuk mendorong proses administratif yang lebih sederhana dan efisien yang dapat meningkatkan kepatuhan dan pengumpulan.
Faktor lain yang berkontribusi adalah pengenalan tarif rata-rata efektif, yang telah mempersulit pengumpulan Pajak Penghasilan (PPh). Kompleksitas ini menyebabkan ketidakpastian bagi wajib pajak dan dapat menghambat kepatuhan.
Ketika wajib pajak tidak yakin tentang kewajiban mereka, itu dapat menciptakan lingkungan ketidakpercayaan dan disengagement, yang pada akhirnya berdampak pada pendapatan kita secara kolektif. Kita perlu mendorong kejelasan dan kesederhanaan dalam kode pajak untuk menumbuhkan budaya kepatuhan.
Akhirnya, kita harus mengatasi peningkatan pengembalian pajak di awal tahun 2025, yang totalnya mencapai Rp265,67 triliun—kenaikan yang mengejutkan sebesar 18,8% dari tahun sebelumnya. Meskipun pengembalian pajak penting untuk menjaga kepercayaan wajib pajak, peningkatan sebesar ini semakin mempersulit situasi pendapatan kita.